Kendal doyong merupakan sebuah desa di Kecamatan
Petarukan, Kabupaten Pemalang. Desa ini dinamakan demikian karena konon
kabarnya, dulu di tempat yang penduduknya seratus persen beraganma Islam ini
tumbuh subur pohon Kendal yang doyong/miring. Namun, tumbuhan ini kini hanya
tinggal nama. Nama Kendaldoyoing ini dikenal setelah pemerintahan Kendal Doyong
berdiri.
Sekolah merupakan salah
satu media yang digunakan pemerintah desa Kendal Doyong untuk menciptakan
generasi penerus bangsa yang cerdas, kompetitif, dan berakhlakul karimah.
Pemerintahan desa Kendal Doyong diperkirakan sudah
mulai berdiri ketika Kabupaten Pemalang berdiri pada tanggal 24
Januari 1575. Perkembangan demi perkembangan dari
berbagai aspekpun terlihat signifikan setiap pergantian kepala desa. Terbukti,
jalan-jalan di desa yang terkenal dengan tugu garudanya ini hampir sembilan
puluh persen sudah diaspal. Tidak hanya itru, infrastruktur, sarana, dan
prasarana desapun kini terus diperbaharui.
Desa yang sekarang ini dipimpin oleh Bapak Akhmad
Rois ini secara administratif dibagi menjadi empat dusun, yaitu dusun Pangkah,
dusun Pejalaran, dan dusun Pilangjati, serta dusun Lemah Duwur. Semula, sebelum
tahun 2000, sebelum desa ini dimekarkan menjadi dua desa yaitu desa Kendal Rejo
dan Desa Kendal Doyong sendiri, desa ini memiliki tujuh dusun yaitu dusun
Pangkah, dusun Pejalaran, dusun Pilangjati, dusun Lemah Duwur, dusun Kedung
Uter, dusun Kauman, dusun Kauman, dan dusun Penambangan. Sementara itu,
berdasarkan produktifitas lahan, wilayah desa yang pernah dipimpin oleh Bapak
Riyanto, Bapak Fathoni, Bapak Suhari dan Bapak Abdul Ghani ini dibagi menjadi
lahan pertanian, perkampungan, dan sarana prasarana umum serta lahan industri
dengan industri andalan yaitu industri produksi arang yang dijalankan oleh PT
Teknologi Tepat Guna Produksi arang di dusun Pejalaran dan Pejalaran.
Pemerintah desa yang nihil sejarah dan peninggalan sejarah ini mengupayakan
agar sistem pembagian wilayahnya seperti yang diterapkan negara adidaya, Amerika
Serikat. Hal ini diwujudkan dengan terkonsentrasinya wilayah pertanian dan
industri pertanian di dusun Lemah Duwur dan Pangkah. Wilayah perkampungan
terkonsentrasi di dusun Pilangjati dan Pejalaran. Sedangkan wilayah pendidikan
agama terkonsentrasi di dusun Pangkah, Pilangjati, dan Pejalaran. Dan untuk
wilayah pusat pemerintahan, berada di dusun Lemah Duwur.
Masyarakat di desa yang terletak di sebelah utara
desa Panjunan, desa Temuireng dan desa Kandang ini hampir delapan puluh lima
persen bekerja sebagai petani, buruh tani, dan wiraswasta. Sementara itu,
sisanya bermata pencaharian sebagai PNS, Pegawai Swasta, TNI, dan Polisi, dan
mata pencaharian lain. Pertanian padi sangat mendominasi daerah ini. Sedangkan
seperti daerah pesisir lainnya, pertanian palawija di desa yang terletak di
sebelah barat desa Kandang dan Sungai Comal ini kurang diminati. Di bidang
peternakan, peternak desa yang terletak empat kilometer dari bibir pantai di
ujung Pemalang ini cenderung menyukai bidang peternakan ayam potong dan bebek
(Lemah Duwur) serta ikan lele (Pangkah). Di bidang industri, industri produksi
seperti industri sate kambing muda kini menjamur di dusun Lemah Duwur, dan juga
industri produksi kue semacam brownies lapis legit di dusun Pejalaran, selain
industri produksi arang. Ada pula industri di bidang konveksi yang banyak
terdapat di dusun Pangkah. Selain industri di bidan produksi, terdapat pula
industri di bidang distribusi yaitu distribusi gabah (padi) di dusun Lemah
Duwur. Di bidang industri pertanian selain industri gabah, menjamur pula
pengelola jasa pertanian seperti ricemill,
sebut saja empat buah ricemill yang
ada di dusun Lemah Duwur. Industri di desa yang berada dua puluh kilometer
pusat kota pemalang ini semakin berkembang sejalan dengan gencarnya pemerintah
desa dalam mempromosikan PNPM (Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat). Hal yang membanggakan datang seiring dengan banyaknya putra daerah yang
menjadi pelaku industri di daerah lain. Sebut saja, produksi roti kering di
Jakarta, isi ulang LPG (SPBE), industri sate, juga industri pembuatan es balok.
Menurut Kepala Desa Kendal Doyong, Bapak Akhmad
Rois, Desa Kendal Doyong merupakan desa dengan penduduk golongan menengah ke
bawah.
“Kendal Doyong itu ibaratnya hampir masuk kategori IDT
(Intruksi Daerah Tertinggal), karena bantuan pemarintah cukup besar, terutama
Raskin (Beras Miskin). Kalau Raskin banyak, berarti yang miskin banyak. Standar
ekonomi Kendal Doyong itu terlalu rendah. Di daerah lain, ada Raskin, tapi
hanya beberapa ton saja. Tapi, di Kendal Doyong kalau diuangkan itu mencapai Rp.
40.200.000,00 per bulan, berapa ton itu? Kemiskinan di desa Kendal Doyong itu
luar biasa,” ungkap Bapak Akhmad Rois yang ketika ditanya tentang luas wilayah
dan jumlah penduduk serta kepadatan penduduk per kilometer persegi desa yang
terletak di sebelah selatan desa Pesantren dan desa Kendal Rejo ini, beliau
menjawab lupa.
Mengenai sarana dan prasarana, desa yang penduduknya
akrab dengan musik rebana ini memiliki faktor yang sangat menunjang
berlansungnya pemerintahan desa tersebut dan semuanya dalam kondisi sangat baik. Sarana prasarana itu diantaranya TK, SD, SMP dan
MTs, SMA, TPQ dan Madrasah, Puskesmas, Masjid, Lapangan Desa dan tentunya Pasar
sebagai pusat perekonomian.
Masalah yang kini
dihadapi di desa yang mayoritas berusia remaja ini adalah peningkatan jumlah
penduduk yang luar biasa, meskipun KB sudah digalakan. Bapak Akhmad Rois
menegaskan, bahwa pola pikirlah yang menyebabkan masalah ini sulit teratasi.
Mengenai pengangguran, sosok yang telah memimpin Kendal Doyong sejak tahun 2007
ini dengan tegas pula mengatakan bahwa pengangguran di desa yang terletak di
sebelah timur desa Klareyan ini tergolong rendah, hal ini dikarenakan pihak
swasta banyak menyerap tenaga kerja. Sedang masalah sosial yang tidak kalah
pentingnya di desa yang dilewati Kali Jamuran dan Sungai Comal ini adalah
masalah putus sekolah.
“Mengajak
bagi usia sekolah ya sekolah.
Kalau misalnya gak mampu, bisa
menggunakan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu), sampai perguruan tinggipun kan bisa, kenapa tidak mau sekolah?
Kendal Doyong itu pola pikirnya tidak ke depan. Saya itu tidak mau lagi
mendengar orang tua berkata pada anaknya ‘sekolah
kuwi akeh rugine, kanggo opo to, Le?’” Ungkap Bapak Kepala Desa yang berdomisili
di dusun Pilangjati mengenai upaya pemecahan masalah putus sekolan melalui jalan
sosialisaasi.
Ketika ditanya harapan ke depan, beliau menjawab, “
Kendal Doyong itu susah kalau diajak kebaikan, kalau dijak negatif, AYO! Kalu
kita mengarahkan pasti jawabannya, ‘alah,
ngomong opo!’. Merubah kebiasaan itu tidak semudah membalikkan tangan. Saya
tidak hanya berharap, tetapi saya mengajak! Ayo! Kita memberdayakan seseorang
itu ibarat ada kolam yang ikannya banyak, kita tidak semata-mata main tankep
saja. Kita kasih pancing, untuk apa? Ya untuk mancing ikan itu! Kendal
Doyong, ayo diberdayakan!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar