Rabu, 03 April 2013

Profil : Kendal Doyong, Ayo diberdayakan!


Kendal doyong merupakan sebuah desa di Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Desa ini dinamakan demikian karena konon kabarnya, dulu di tempat yang penduduknya seratus persen beraganma Islam ini tumbuh subur pohon Kendal yang doyong/miring. Namun, tumbuhan ini kini hanya tinggal nama. Nama Kendaldoyoing ini dikenal setelah pemerintahan Kendal Doyong berdiri.
                      

Sekolah merupakan salah satu media yang digunakan pemerintah desa Kendal Doyong untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas, kompetitif, dan berakhlakul karimah.
Pemerintahan desa Kendal Doyong diperkirakan sudah mulai berdiri ketika Kabupaten Pemalang berdiri pada tanggal 24 Januari 1575. Perkembangan demi perkembangan dari berbagai aspekpun terlihat signifikan setiap pergantian kepala desa. Terbukti, jalan-jalan di desa yang terkenal dengan tugu garudanya ini hampir sembilan puluh persen sudah diaspal. Tidak hanya itru, infrastruktur, sarana, dan prasarana desapun kini terus diperbaharui.
Desa yang sekarang ini dipimpin oleh Bapak Akhmad Rois ini secara administratif dibagi menjadi empat dusun, yaitu dusun Pangkah, dusun Pejalaran, dan dusun Pilangjati, serta dusun Lemah Duwur. Semula, sebelum tahun 2000, sebelum desa ini dimekarkan menjadi dua desa yaitu desa Kendal Rejo dan Desa Kendal Doyong sendiri, desa ini memiliki tujuh dusun yaitu dusun Pangkah, dusun Pejalaran, dusun Pilangjati, dusun Lemah Duwur, dusun Kedung Uter, dusun Kauman, dusun Kauman, dan dusun Penambangan. Sementara itu, berdasarkan produktifitas lahan, wilayah desa yang pernah dipimpin oleh Bapak Riyanto, Bapak Fathoni, Bapak Suhari dan Bapak Abdul Ghani ini dibagi menjadi lahan pertanian, perkampungan, dan sarana prasarana umum serta lahan industri dengan industri andalan yaitu industri produksi arang yang dijalankan oleh PT Teknologi Tepat Guna Produksi arang di dusun Pejalaran dan Pejalaran. Pemerintah desa yang nihil sejarah dan peninggalan sejarah ini mengupayakan agar sistem pembagian wilayahnya seperti yang diterapkan negara adidaya, Amerika Serikat. Hal ini diwujudkan dengan terkonsentrasinya wilayah pertanian dan industri pertanian di dusun Lemah Duwur dan Pangkah. Wilayah perkampungan terkonsentrasi di dusun Pilangjati dan Pejalaran. Sedangkan wilayah pendidikan agama terkonsentrasi di dusun Pangkah, Pilangjati, dan Pejalaran. Dan untuk wilayah pusat pemerintahan, berada di dusun Lemah Duwur.
Masyarakat di desa yang terletak di sebelah utara desa Panjunan, desa Temuireng dan desa Kandang ini hampir delapan puluh lima persen bekerja sebagai petani, buruh tani, dan wiraswasta. Sementara itu, sisanya bermata pencaharian sebagai PNS, Pegawai Swasta, TNI, dan Polisi, dan mata pencaharian lain. Pertanian padi sangat mendominasi daerah ini. Sedangkan seperti daerah pesisir lainnya, pertanian palawija di desa yang terletak di sebelah barat desa Kandang dan Sungai Comal ini kurang diminati. Di bidang peternakan, peternak desa yang terletak empat kilometer dari bibir pantai di ujung Pemalang ini cenderung menyukai bidang peternakan ayam potong dan bebek (Lemah Duwur) serta ikan lele (Pangkah). Di bidang industri, industri produksi seperti industri sate kambing muda kini menjamur di dusun Lemah Duwur, dan juga industri produksi kue semacam brownies lapis legit di dusun Pejalaran, selain industri produksi arang. Ada pula industri di bidang konveksi yang banyak terdapat di dusun Pangkah. Selain industri di bidan produksi, terdapat pula industri di bidang distribusi yaitu distribusi gabah (padi) di dusun Lemah Duwur. Di bidang industri pertanian selain industri gabah, menjamur pula pengelola jasa pertanian seperti ricemill, sebut saja empat buah ricemill yang ada di dusun Lemah Duwur. Industri di desa yang berada dua puluh kilometer pusat kota pemalang ini semakin berkembang sejalan dengan gencarnya pemerintah desa dalam mempromosikan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat). Hal yang membanggakan datang seiring dengan banyaknya putra daerah yang menjadi pelaku industri di daerah lain. Sebut saja, produksi roti kering di Jakarta, isi ulang LPG (SPBE), industri sate, juga industri pembuatan es balok.

Menurut Kepala Desa Kendal Doyong, Bapak Akhmad Rois, Desa Kendal Doyong merupakan desa dengan penduduk golongan menengah ke bawah.
“Kendal Doyong itu ibaratnya hampir masuk kategori IDT (Intruksi Daerah Tertinggal), karena bantuan pemarintah cukup besar, terutama Raskin (Beras Miskin). Kalau Raskin banyak, berarti yang miskin banyak. Standar ekonomi Kendal Doyong itu terlalu rendah. Di daerah lain, ada Raskin, tapi hanya beberapa ton saja. Tapi, di Kendal Doyong kalau diuangkan itu mencapai Rp. 40.200.000,00 per bulan, berapa ton itu? Kemiskinan di desa Kendal Doyong itu luar biasa,” ungkap Bapak Akhmad Rois yang ketika ditanya tentang luas wilayah dan jumlah penduduk serta kepadatan penduduk per kilometer persegi desa yang terletak di sebelah selatan desa Pesantren dan desa Kendal Rejo ini, beliau menjawab lupa.
Mengenai sarana dan prasarana, desa yang penduduknya akrab dengan musik rebana ini memiliki faktor yang sangat menunjang berlansungnya pemerintahan desa tersebut dan semuanya dalam kondisi sangat baik. Sarana prasarana itu diantaranya TK, SD, SMP dan MTs, SMA, TPQ dan Madrasah, Puskesmas, Masjid, Lapangan Desa dan tentunya Pasar sebagai pusat perekonomian.

Masalah yang kini dihadapi di desa yang mayoritas berusia remaja ini adalah peningkatan jumlah penduduk yang luar biasa, meskipun KB sudah digalakan. Bapak Akhmad Rois menegaskan, bahwa pola pikirlah yang menyebabkan masalah ini sulit teratasi. Mengenai pengangguran, sosok yang telah memimpin Kendal Doyong sejak tahun 2007 ini dengan tegas pula mengatakan bahwa pengangguran di desa yang terletak di sebelah timur desa Klareyan ini tergolong rendah, hal ini dikarenakan pihak swasta banyak menyerap tenaga kerja. Sedang masalah sosial yang tidak kalah pentingnya di desa yang dilewati Kali Jamuran dan Sungai Comal ini adalah masalah putus sekolah.
“Mengajak  bagi usia sekolah ya sekolah. Kalau misalnya gak mampu, bisa menggunakan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu), sampai perguruan tinggipun kan bisa, kenapa tidak mau sekolah? Kendal Doyong itu pola pikirnya tidak ke depan. Saya itu tidak mau lagi mendengar orang tua berkata pada anaknya ‘sekolah kuwi akeh rugine, kanggo opo to, Le?’” Ungkap Bapak Kepala Desa yang berdomisili di dusun Pilangjati mengenai upaya pemecahan masalah putus sekolan melalui jalan sosialisaasi.
Ketika ditanya harapan ke depan, beliau menjawab, “ Kendal Doyong itu susah kalau diajak kebaikan, kalau dijak negatif, AYO! Kalu kita mengarahkan pasti jawabannya, ‘alah, ngomong opo!’. Merubah kebiasaan itu tidak semudah membalikkan tangan. Saya tidak hanya berharap, tetapi saya mengajak! Ayo! Kita memberdayakan seseorang itu ibarat ada kolam yang ikannya banyak, kita tidak semata-mata main tankep saja. Kita kasih pancing, untuk apa? Ya untuk mancing ikan itu! Kendal Doyong, ayo diberdayakan!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar